Author :
@dea_nebraska
Main cast : Kim
Jongin and Park Yoonhee(OC)
Genre : School
Life, romance drama
Rate :
Teenager
Length : One Shot
murniiii ide author hargai yaah ;;)
Pertama kali melihatnya...
Kupikir ia hanya siswa biasa yang baru saja pindah dari
sekolah lain
Pertama kali melihat senyumnya..
Kurasakan hatiku berdegup kencang dan membuat darahku mengalir
deras menuju pipiku yang semakin memanas
Pertama kali melihat tawanya..
Bibir ini tak kuasa ikut tertarik keatas membentuk busur dan
rasa bahagia menyelimuti hati
Dan pertama kali melihat matanya..
Kurasakan diri ini tenggelam dalam kehidupannya mengajak untuk
memahami semua tentangnya
Obsidian itu, menunjukkan betapa indahnya dunia ini dari segi
apapun
Malam itu aku tak sengaja mendengar alunan musik hiphop yang
menggema melalui lorong sekolah. Tak ingin diselimuti rasa penasaran, aku
mencoba untuk mencari tahu asal suara itu.
Ternyata dari studio ini, ah iya sekarang hari Rabu pasti dia
sedang berlatih.
Pertama kali melihat tubuh yang terus bergerak seirama dengan
musik
Membuat mataku tak mengerjap sekalipun, takut jika sosok itu
akan hilang. Seakan takjub dengan tubuhnya yang begitu lihai dalam bergoyang,
ekor mata ini bergerak mengikuti gerakannya, ke kanan ke kiri
"Nuguseyo?"
Pertama kali mendengar suaranya..
Aku bahkan tak percaya akan memiliki kesempatan untuk
mendengar suara yang berat itu
"Chogiyo? Apa kau ada perlu denganku?"
Pertama kali berdiri berhadapan dengannya
Dia sangat tinggi, bahkan aku hanya se bahunya. Melihat
tubuhnya yang dipenuhi keringat yang terus mengalir dari pelipis dan lehernya.
Membuat jantungku berdegup kencang kembali
"Aku hanya lewat saja, samar samar aku mendengar lagu
menggema ternyata dari studio ini"
"Ah begitu, pasti kau terganggu ya? Maaf, ku kira jam
sekolah sudah selesai jadi aku memutarnya sedikit keras dari biasanya"
Pertama kali berdialog dengannya
Ini sungguh kesempatan yang tak terduga, matanya hanya
menatapku seorang. Perlahan ia mengusap tengkuknya canggung.
Oh tidak kah kau lihat aku berusaha untuk bersikap tenang?
"Memang sudah selesai, tapi aku memiliki kelas musik. Apa
kau ada masalah?"
Ia menganggukkan kepalanya mengerti dan sedikit mengangkat
alisnya saat aku bertanya.
Oh sepertinya usahaku untuk tetap menahannya berada disisiku
terlihat olehnya.
"Ya begitulah, aku hanya sedang memikirkan sesuatu yang
sangat mengganggu dan aku mencoba untuk melupakannya dengan melakukan
hobiku"
Kali ini aku yang mengangguk mengerti, ia menjelaskan semuanya
dengan detail. Tidak seperti orang asing lain yang hanya menjawab sepatah dua
kata.
"Kulihat kau melakukannya dengan baik"
Dia tertawa sebentar, tawa yang membuat kupu kupu di perutku
menggelitik pelan sehingga bibirku ikut tergerak keatas
"Mau masuk sebentar?"
Pertama kali dia mengajakku masuk ke studio ini
Aku mengangguk senang, sepertinya usahaku untuk mencairkan
suasana canggung ini berhasil. Ia mempersilahkanku duduk di sofa yang lumayan
besar itu dan berjalan ke speaker di pojok ruangan. Kembali memutar lagu
hiphopnya
"Aku akan menunjukkan sesuatu padamu"
Dan pertama kali kulihat ia menggerakkan tubuhnya tepat di
depanku, kurasakan mataku mulai memanas menahan air mata yang sebentar lagi
keluar
"Ada apa denganmu?"
Ia tak sengaja menangkap mataku dan melihat semuanya.
Pertama kali ia khawatir padaku
Aku sangat terkejut dan menggeleng cepat, takut-takut ia malah
merasa bersalah dan tidak enak. Aku melambaikan tanganku mengisyaratkan untuk
jangan mengkhawatirkanku. Ia menggeleng pelan dan tetap mendekat untuk
memastikan semuanya.
"Apa kau sakit?"
Pertama kali ia bertanya hal seperti ini padaku, lagi-lagi
mataku memanas. Aku tak bisa menghentikan tangisku, ia semakin
mengkhawatirkanku dan segera berlari menuju speaker mematikannya dan berlari
lagi mendekat kearahku lalu berlutut di depanku.
"Katakan padaku, mana yang sakit?"
Aku menggeleng lagi, ah pasti aku semakin membuatnya khawatir.
Ia sudah memiliki masalah yang membuatnya lelah jangan sampai aku menambah
bebannya.
"Lalu kenapa kau menangis?"
"Hanya terharu melihatmu menari di depanku"
Ia terkejut dengan ucapanku dan aku hanya mengangguk
meyakinkannya
Senyumannya membuat sekitar telapak tanganku hangat, tunggu
sebentar ternyata tangannya yang besar sedang menggenggam tanganku. Aku sangat
terkejut, menunduk sebentar untuk melihat apa yang dilakukannya. Ia kembali
tersenyum dan mengusap airmataku dengan ibu jarinya
"Kau mau kopi?"
Aku membalas senyumannya dan menggeleng pelan
"Aku tidak suka"
Ia tertawa sebentar, apakah ada yang lucu? Kenapa semua hal
yang kukatakan membuatnya tersenyum dan tertawa
"Kalau begitu kau mau coklat panas?"
Aku mengangguk ragu, ia tersenyum kembali dan menarik tanganku
pelan membuatku berdiri dan mengikutinya keluar dari studio ini.
.
.
.
"Apa kau benar-benar menangis karena terharu melihatku
menari di depanmu?"
Aku terkejut, tersadar dari lamunanku yang terus menatap
cangkir yang berada di genggamanku berisikan coklat hangat yang tinggal
setengah. Ia terlihat begitu penasaran dan aku menganggukkan kepalaku, enggan
menjawab dengan suara.
"Wah, apa kau salah satu fans yang suka mengerumuniku
setiap hari di sekolah?"
Ia berusaha untuk menggodaku, aku tertawa lepas dan ia hanya
menatapku. Entah apa maksud tatapannya tapi aku sedikit malu saat ia menatapku
seperti itu, aku menggeleng tak kuat dan tetap melanjutkan tawaku. Ini sungguh
menggelikan.
"Hei, apa aku salah?"
"Maaf tapi itu benar, ini pertama kalinya aku melihatmu
menari"
Ia sedikit kecewa dengan jawabanku dan berdeham sedikit lalu
menyeruput coklat hangatnya
"Tapi aku sering mendengar desas desusmu kalau kau pandai
menari"
Terdengar menarik, ia menurunkan cangkirnya dan membenarkan
posisi duduknya
"Benarkah? Wah aku tidak tahu jika aku juga menjadi bahan
gosipan perempuan"
Ia menyeringai nakal, sedikit bangga dengan dirinya. Aku hanya
menahan senyumku, ia benar- benar terlihat--
"Ini pesanan anda"
2 piring burger tersaji di meja kami, ia menatap burger itu
senang dan segera mengambil alat makan untuk menelan habis-habis burgernya.
Sepertinya ia sangat lapar.
"Maaf, aku belum makan dari siang"
Ia tersenyum malu lalu mempersilahkanku untuk makan juga. Aku
hanya menatapnya, ini juga pertama kalinya aku melihatnya makan dengan lahapnya
di depanku.
"Jadi ini pertama kalinya kau melihatku menari? Lalu
bagaimana menurutmu?"
Lanjutnya sambil mengiris burgernya yang tinggal setengah
"Jauh dari bayanganku"
Ia tersedak dan meraih sebotol air mineral yang sudah di
sediakan. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk teman yang sedang
tersedak, tunggu apa ia bisa kusebut teman?
"Maksudmu?"
"Kupikir kau hanya bermain main dalam menari dan sekedar
untuk bergaya, nyatanya? Aku sampai kau buat menangis terharu"
Ia tersenyum senang, aku tak tahu kenapa ia menampakkan
ekspresi seperti itu di depanku
"Sudah kuduga, haha selera humormu bagus juga"
Ia tertawa ringan dan melanjutkan makannya.
Humor? Sepertinya ia benar-benar menganggapku lucu. Rencanaku
untuk tak membuat suasana canggung sukses
"Apakah aku terlihat sedang melucu?"
Ia kembali diam, hanya menatap wajahku yang menampakkan
ekspresi bertanya dan penasaran
"Kupikir kau bisa menjadi teman yang baik"
Teman? Sekedar teman? Oh sepertinya aku terlalu berharap lebih
"Kita bahkan baru bertemu"
"Bagiku kau menyenangkan, jadi bagaimana kau mau jadi
teman baikku Yoonhee?"
Kali ini aku yang dibuat tersedak, bagaimana bisa ia tahu
namaku? Aku kan tidak menggunakan blazerku.
Ia kembali menatapku dengan khawatir
"Apa ada yang salah?"
Aku menggeleng kuat dan meraih sebotol air mineral, meneguknya
sampai setengah dan berusaha bernafas setenang mungkin
"Kalau begitu bolehkah ku pinjam ponselmu?"
Aku memiringkan kepalaku sedikit, bingung dengan perkataannya.
Apa ia tak punya ponsel? Ingin menelpon seseorang? Yeojachingu? Orangtua?
"Berikan saja, bukankah kita teman baik? Aku takkan
mencurinya"
Segera aku meraih ponselku dari saku. Ia menariknya dengan
cepat dan menekan apa aku tak tahu lalu ia berfoto dengan ponselku. Ya Tuhan
kenapa ia melakukan itu? Lalu terdengar dering ponsel lain yang ternyata
ponselnya. Sepertinya ia menelpon ponselnya dengan ponselku agar tau nomorku.
"Itu nomorku, kuberi bonus fotoku hehe"
Mengembalikan ponselku dengan cengirannya yang membuatku
melengos walau dalam hati senang, ternyata ia memberi nomor ponselnya
"Ya Park Yoonhee"
Panggilnya membuatku yang sedang memakan burger terkejut
menatapnya, bagaimana bisa ia tahu nama lengkapku?
Jepret!
Terdengar suara camera dari ponselnya, ia tertawa keras
melihat hasil potretannya yang memuaskan di matanya. Ekspresiku pasti sangat
jelek
"Lucunya hahahaha"
Kali ini ia memberiku kesempatan untuk melihat hasil fotonya.
Pipiku memanas, ini sungguh memalukan
"Hapus!!!"
Aku berusaha untuk merebutnya tapi ia malah menaikkan
tangannya sehingga aku tak dapat meraihnya. Entah terlalu asyik atau
menyebalkan kami bahkan tak menyadari jika kami menjadi tontonan para
pengunjung restoran
"Hei hei dasar anak muda suka mengumbar kemesraan"
Aku terkejut mendengar kalimat itu dan duduk kembali dengan
canggungnya. Memberi isyarat padanya agar kembali ke tempat duduknya dan
meminta maaf. Namun ia tak mengerti dan malah semakin memancingku untuk
mendapatkan ponselnya.
"Jeoseonghamnida"
Aku menunduk untuk meminta maaf, sepertinya ia mulai sadar dan
kembali duduk dengan canggung lalu ikut meminta maaf
"Kenapa kau tidak memberitahuku?"
"Aku sudah memberitahumu"
"Aku tidak mengerti"
"Kau terlalu bodoh"
"MWO!!!"
"Sssstt, micheosseo?!"
Ia membungkam mulutnya dan melanjutkan makannya dengan tenang.
Sepertinya ia masih tidak terima dengan olokanku. Tidak, aku tidak bermaksud
untuk mengatakan itu. Perkataan bodoh dan gila reflek keluar dari mulutku.
Dalam hati aku mengutuk mulutku yang lancang ini.
Setelah selesai makan kami berjalan keluar dengan canggung
kembali, ia sibuk dengan ponselnya sedangkan aku sibuk menggigiti bibirku.
Dalam hati masih mengutuk perkataan yang tak senonoh itu.
"Maaf aku tidak bermaksud mengatakan itu"
Ia terkekeh geli, mungkin melihat ekspresiku yang merasa
bersalah ini
"Ini pertama kalinya aku mendapatkan pujian bodoh dan
gila dari perempuan"
Ia menatapku dan tersenyum kembali, seolah hal itu sudah
menjadi kebiasaannya
"Benarkah? Sungguh maafkan aku, aku tidak bermaksud
seperti itu"
"Ya tidak apa-apa meskipun itu ada maksudnya"
Ia kembali menatap jalanan yang mulai sepi, daerah ini memang
terkenal sepi jika sudah melewati jam belajar
"Maksudmu?"
"Tidak"
Aku semakin menyesali semua ini, sebaiknya aku tak muncul di
hadapannya. Bagaimana bisa kau baru bertemu dengan seseorang lalu mengatainya
bodoh dan gila? Walaupun baru saja ia memintamu menjadi temannya. Dan kudengar
ia lebih tua satu tingkat denganku.
"Katakan apa yang harus kulakukan agar kau memaafkan
ku?"
Langkahnya terhenti dan menatapku, tatapan yang sangat berarti
bagi semua perempuan yang pernah di sisinya. Aku merasakan ada aura hangat dan
begitu protektif disekitarku
"Hanya.."
Entah kenapa jantungku kembali berdetak tak karuan, kali ini
sungguh berbeda dari yang biasanya
"Tetaplah disisiku"
Aku semakin tak mengerti dengan ucapannya
"Bukankah kita teman? Memang seharusnya begitu
bukan?"
Bertanya seperti itu membuatnya menggeleng tak suka
"Jadilah pacarku"
Dan kurasakan nafasku tercekat sehingga tak bisa bernafas,
dunia ini seperti berhenti berputar. Perasaanku tercampur aduk, aku bahkan tak
bisa mencerna perkataannya. Ini pasti hanya sekedar candaan belaka
"Hahahahaha, tidak lucu!"
"Menurutmu begitu? Sayang sekali, sepertinya kau
menganggap semua ini bercanda ya?"
Nadanya terdengar kecewa dan kembali berjalan, membuatku
semakin bingung. Aku menarik nafas perlahan untuk mengendalikan pikiranku lalu
menyusulnya.
"Ini sudah malam, rumahku juga sudah dekat dari sini. Aku
pulang duluan"
Sepertinya aku harus menghindari situasi ini namun kembali
kurasakan hangat di pergelangan tanganku. Ia menahanku untuk pergi dan
menggeleng pelan.
"Bagaimana bisa rumahmu sudah dekat? Kau pindah rumah?
Bahkan ini belum setengahnya"
Lagi lagi hatiku memanas, kenapa ia bisa tahu rumahku? Apa aku
pernah mengatakannya? Sepertinya usahaku sia-sia
"Jangan menatapku seperti itu, ayo jalan ini sudah
malam"
Kali ini ia menautkan jarinya ke sela sela jariku lalu
memasukkannya ke dalam saku jaketnya. Seakan ia tahu jika sedari tadi aku
kedinginan, ya aku hanya memakai baju bebas dan rok sekolah.
"Tentang itu, bagaimana kau bisa tahu rumahku dan juga
namaku?"
Aku memberanikan diri untuk menanyakan semuanya
"Aku hebat bukan?"
Ia menepuk dadanya pelan membanggakan diri seperti ia sudah
menyelamatkan beberapa orang yang terkena musibah
Aku hanya tersenyum sekilas merasakan hangatnya genggamannya,
lalu kembali menatapnya mengisyaratkan untuk menjawab pertanyaanku
"Ah hujan!"
Mungkin dewi fortuna memang sedang berada di pihakku
Untung saja ada kedai 24 jam di dekat kami, ia menarik
tanganku agar cepat-cepat masuk kesana
"Ahh aku tidak melihat ramalan cuaca hari ini"
Gerutuannya membuatku kembali tertawa lepas, lagi-lagi ia
menatapku seperti itu tapi kali ini ia juga ikut tertawa kecil.
"Kau terdengar seperti ibuku"
Ia mencibir tak suka, dan memakan ddeokbokki yang baru saja di
sajikan dengan malas
"Hei hei jangan makan seperti itu, kau semakin terlihat
seperti ibuku yang sedang kesal"
Aku menahan tawaku, dan ia semakin tak suka dengan sikapku
yang membandingkannya dengan ibuku. Namun diam-diam ia juga tersenyum.
"Sepertinya aku bisa menjadi ibu keduamu"
Ia hanya bergumam asal dan menyeruput tehnya
"Sepertinya begitu, ibu bisakah aku meminta ddeokbokki
yang tidak pedas?"
Kali ini ia yang tertawa
"Bagaimana jika aku menjadi menantu ibumu saja?"
Malam itu adalah malam keajaiban yang pernah ku alami dan
merupakan awal dari cerita cinta di kehidupanku bersama Kim Jongin
End
cr pict : tumblr love
Tidak ada komentar:
Posting Komentar