Selasa, 05 Agustus 2014

Busway

Author         : @dea_nebraska

Main Cast    : Park Chanyeol
                     Byun Baekhyun

Genre          : -

Rate            : Teenager

hargai ide author yaa ^^

Ini sudah hampir petang namun Chanyeol masih sibuk dengan laporannya, diliriknya jendela sampingnya yang mulai mengembun. Ternyata diluar sana hujan, Chanyeol menghela nafas beratnya.

Sebenarnya sampai kapan ia harus menunggu hujan reda?

Menunggu adalah hal yang paling menyebalkan baginya, Chanyeol menutup laptopnya kasar tentu saja itu sudah dimatikan dan pekerjaannya sudah disimpan. Laporan itu membuat Chanyeol gila.

Berniat untuk menerobos saja, Park Chanyeol turun dari ruang kerjanya yang berada di lantai 2 dengan tangga darurat. Menggunakan Lift terlalu lama, belum lagi berdesak-desakan dengan karyawan lainnya dan akhirnya disinilah dia. Melihat derasnya hujan disertai angin yang lumayan kencang. Masa bodoh, langkahnya kan panjang jadi ia berlari cepat sebelum ia basah kuyup.

Mungkin ini memang hari yang sial, setelah sampai di halte hujan pun berhenti. Bukan hanya gerimis, ini benar-benar berhenti. Chanyeol menggerutu sebal ada apa dengan harinya?
Menunggu lagi, Chanyeol menggaruk rambutnya gatal. Ia melirik jam rolex yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, sudah 15 menit ia menunggu dan bus yang ditunggunya belum menunjukkan tanda-tanda. Ia menggerutu lagi, sampai kapan ia harus menunggu? Ia rindu rumahnya lebih tepatnya ranjang yang empuk itu.

Chanyeol mengalah, ia melangkahkan kakinya untuk pergi ke stasiun bawah tanah saja tapi apa yang terjadi? Bus yang ditunggunya datang, bagus Chanyeol kau hampir meninggalkan kesempatanmu.

Mungkin Chanyeol sedari tadi sibuk menggerutu sehingga ia tak menyadari jika dibelakangnya ada turis yang entah dari Negara mana sedang menunggu gilirannya untuk masuk, bukan hanya satu mereka berkeluarga oh tidak Chanyeol semakin jengah.

Berniat untuk menjauhkan diri dari para wisatawan, Chanyeol memilih tempat duduk dibelakang. Bukannya jauh orang asing sekeluarga itu duduk tepat di sebelah Chanyeol, gila dunia benar-benar gila atau hanya Chanyeol yang sedang sensitive entahlah. Ia hanya berusaha untuk setenang mungkin dan mensyukuri, setidaknya ia mendapat tempat duduk.

Penderitaan Chanyeol tidak sampai disitu saja, anak-anak mereka sangat berisik. Chanyeol penat, hiruk pikuk diluar sana sudah membuat telinganya pengang dan disebelahnya ada 3 oh tidak ada 4 anak kecil dengan umur yang berbeda terus mengoceh. Entah apa yang mereka ocehkan Chanyeol tak peduli tapi pandangannya tiba-tiba terhenti saat melihat salah satu dari mereka, umurnya kira-kira 3 tahun matanya sangat besar pipinya gembul dan bibir imutnya yang semerah cherry. Ingin sekali Chanyeol mencubitnya gemas. Anak ini satu-satunya yang berambut hitam.

Melihat anak itu Chanyeol sedikit berpikir. Si ibu sibuk berceloteh dengan menggunakan bahasa kebangsaannya untuk bermain dengan si pipi gembul. Oke Chanyeol sudah mulai peduli, ternyata istrinya sebangsa dengannya. Jadi apa ini? 3 kakak perempuannya yang berambut pirang dan si kecil yang berambut hitam? Oh kepala Chanyeol hampir pecah ia memutuskan untuk memejamkan matanya.

Setengah tertidur, Chanyeol merasa terganggu. Celotehan terus terdengar di sebelahnya bukan hanya sekali dua kali, ia terus berceloteh tepat di depan telinga Chanyeol, ia menyerah dan bangun dari tidurnya. Anak berpipi gembul itu tengah berdiri tepat di sampingnya, dengan air liur yang menetes khas anak bayinya ia terus mengetuk kaca disana. Sambil menghentakkan kakinya sedikit dan tangannya bertumpu di bahu Chanyeol. Apa-apaan ini? Chanyeol memutar bolamatanya malas. Dengan bekal mengantuknya, ia berusaha untuk memejamkan matanya kembali.

Hatinya sibuk merutuki apa yang dilakukan si kecil itu, sebenarnya apa yang dilakukan orantuanya? Apa mereka tidak akan mengambil anaknya yang terus mengganggu orang lain?

Sedikit hening, sepertinya lampu merah. Anak itu terus menggumam tak jelas dan berseru, mengetuk ngetuk kaca hendak menunjukkan sesuatu. Ternyata mobil ice cream, ia turun dari tempat duduk membuat Chanyeol sedikit lega. Tapi apa yang dilakukannya? Anak itu dengan teganya menginjak kaki Chanyeol seenaknya. Sial ini kan sepatu limited edition yang baru saja ia beli. Chanyeol menahan emosinya, tetap memejamkan matanya si kecil kembali naik ke tempat duduk. Kali ini tidak bisa dibiarkan, Chanyeol menatap anak itu dengan geram, bukannya takut si gembul malah memberikan wajah innocentnya dan memegang pipi Chanyeol dengan tangan selembut sutranya itu. Emosi Chanyeol meredam, apa yang dilakukan anak ini?

Sejenak Chanyeol melupakan masalah ini dan aha!!!! Tempat duduk di depan kosong ia segera pindah dari neraka itu, persetan dengan mereka yang tidak enak hati karena anaknya terus mengganggunya. Ia tak peduli.

Hendak melangkah, si kecil menghalangi jalan Chanyeol, oh apa lagi ini?

“Baekhyun!”, panggil ibunya. Aaah jadi namanya Baekhyun?

Sedikit tersentak akhirnya ia menepi dan berlari ke pangkuan ibunya. Chanyeol menjinjing tas kerjanya dan segera pindah dari tempat duduk mengerikan itu.
Bukannya menyelesaikan masalah, kali ini Chanyeol sangat tidak nyaman. Si kecil menangis, samar-samar ibunya mengatakan jika mereka tak memiliki air mineral. Aah haus ternyata? Rasakan!

Tapi Baekhyun terus menangis membuat kepala Chanyeol hampir meledak, oh apa ia harus turun di halte selanjutnya saja ya? Ia bangun dari tidurnya dan melirik sebentar ke belakang entahlah hanya memastikan keadaan. Tapi apa yang dilihatnya? Menyedihkan, si Baekhyun dengan muka merahnya terus menangis. Chanyeol jadi ikut sedih, air mata itu aduuhh kasihan.

Ooh jebal seseorang tolonglah dia. Dan doanya pun terkabul, ahjjumma yang ada disana memberinya sebotol air mineral dan seperti sihir tangisannya berhenti. Syukurlah, Chanyeol tersenyum lega. Tersenyum? Ada apa dengannya? Bukankah ia sangat sebal dengan Baekhyun? Bahkan Chanyeol memiliki pikiran untuk membenci anak-anak mulai sekarang. Memikirkan itu Chanyeol hampir melewatkan halte pemberhentiannya. Ia berteriak untuk berhenti dan segera bangkit dari tempat duduknya.

Melirik sebentar kearah Baekhyun apakah wajahnya masih semerah tadi? Namun Chanyeol menggelengkan kepalanya kuat, apa-apaan ini? Dan teguran dari ahjjusshi pun membuat Chanyeol turun dari bus.

Chanyeol menatap bus itu, Baekhyun terlihat berdiri disana dengan senyumnya dan memberikan lambaian tangannya cepat entah lambaian atau ia sedang memukul kacanya Chanyeol hanya bisa tertawa. Bus semakin jauh tapi rasanya Chanyeol sedikit tidak rela, mengambil nafas sebentar lalu berjalan kerumahnya.

Semoga kita bertemu lagi, Baekhyun..


END

Sabtu, 19 Juli 2014

First Time



Author         : @dea_nebraska

Main cast     : Kim Jongin and Park Yoonhee(OC)

Genre          : School Life, romance drama

Rate            : Teenager

Length         : One Shot


murniiii ide author hargai yaah ;;)


Pertama kali melihatnya...
Kupikir ia hanya siswa biasa yang baru saja pindah dari sekolah lain

Pertama kali melihat senyumnya..
Kurasakan hatiku berdegup kencang dan membuat darahku mengalir deras menuju pipiku yang semakin memanas

Pertama kali melihat tawanya..
Bibir ini tak kuasa ikut tertarik keatas membentuk busur dan rasa bahagia menyelimuti hati

Dan pertama kali melihat matanya..
Kurasakan diri ini tenggelam dalam kehidupannya mengajak untuk memahami semua tentangnya
Obsidian itu, menunjukkan betapa indahnya dunia ini dari segi apapun

Malam itu aku tak sengaja mendengar alunan musik hiphop yang menggema melalui lorong sekolah. Tak ingin diselimuti rasa penasaran, aku mencoba untuk mencari tahu asal suara itu.
Ternyata dari studio ini, ah iya sekarang hari Rabu pasti dia sedang berlatih.

Pertama kali melihat tubuh yang terus bergerak seirama dengan musik
Membuat mataku tak mengerjap sekalipun, takut jika sosok itu akan hilang. Seakan takjub dengan tubuhnya yang begitu lihai dalam bergoyang, ekor mata ini bergerak mengikuti gerakannya, ke kanan ke kiri

"Nuguseyo?"

Pertama kali mendengar suaranya..
Aku bahkan tak percaya akan memiliki kesempatan untuk mendengar suara yang berat itu

"Chogiyo? Apa kau ada perlu denganku?"

Pertama kali berdiri berhadapan dengannya
Dia sangat tinggi, bahkan aku hanya se bahunya. Melihat tubuhnya yang dipenuhi keringat yang terus mengalir dari pelipis dan lehernya. Membuat jantungku berdegup kencang kembali

"Aku hanya lewat saja, samar samar aku mendengar lagu menggema ternyata dari studio ini"

"Ah begitu, pasti kau terganggu ya? Maaf, ku kira jam sekolah sudah selesai jadi aku memutarnya sedikit keras dari biasanya"

Pertama kali berdialog dengannya
Ini sungguh kesempatan yang tak terduga, matanya hanya menatapku seorang. Perlahan ia mengusap tengkuknya canggung.
Oh tidak kah kau lihat aku berusaha untuk bersikap tenang?

"Memang sudah selesai, tapi aku memiliki kelas musik. Apa kau ada masalah?"

Ia menganggukkan kepalanya mengerti dan sedikit mengangkat alisnya saat aku bertanya.
Oh sepertinya usahaku untuk tetap menahannya berada disisiku terlihat olehnya.

"Ya begitulah, aku hanya sedang memikirkan sesuatu yang sangat mengganggu dan aku mencoba untuk melupakannya dengan melakukan hobiku"

Kali ini aku yang mengangguk mengerti, ia menjelaskan semuanya dengan detail. Tidak seperti orang asing lain yang hanya menjawab sepatah dua kata.

"Kulihat kau melakukannya dengan baik"

Dia tertawa sebentar, tawa yang membuat kupu kupu di perutku menggelitik pelan sehingga bibirku ikut tergerak keatas

"Mau masuk sebentar?"

Pertama kali dia mengajakku masuk ke studio ini
Aku mengangguk senang, sepertinya usahaku untuk mencairkan suasana canggung ini berhasil. Ia mempersilahkanku duduk di sofa yang lumayan besar itu dan berjalan ke speaker di pojok ruangan. Kembali memutar lagu hiphopnya

"Aku akan menunjukkan sesuatu padamu"

Dan pertama kali kulihat ia menggerakkan tubuhnya tepat di depanku, kurasakan mataku mulai memanas menahan air mata yang sebentar lagi keluar

"Ada apa denganmu?"

Ia tak sengaja menangkap mataku dan melihat semuanya.

Pertama kali ia khawatir padaku
Aku sangat terkejut dan menggeleng cepat, takut-takut ia malah merasa bersalah dan tidak enak. Aku melambaikan tanganku mengisyaratkan untuk jangan mengkhawatirkanku. Ia menggeleng pelan dan tetap mendekat untuk memastikan semuanya.

"Apa kau sakit?"

Pertama kali ia bertanya hal seperti ini padaku, lagi-lagi mataku memanas. Aku tak bisa menghentikan tangisku, ia semakin mengkhawatirkanku dan segera berlari menuju speaker mematikannya dan berlari lagi mendekat kearahku lalu berlutut di depanku.

"Katakan padaku, mana yang sakit?"

Aku menggeleng lagi, ah pasti aku semakin membuatnya khawatir. Ia sudah memiliki masalah yang membuatnya lelah jangan sampai aku menambah bebannya.

"Lalu kenapa kau menangis?"

"Hanya terharu melihatmu menari di depanku"

Ia terkejut dengan ucapanku dan aku hanya mengangguk meyakinkannya

Senyumannya membuat sekitar telapak tanganku hangat, tunggu sebentar ternyata tangannya yang besar sedang menggenggam tanganku. Aku sangat terkejut, menunduk sebentar untuk melihat apa yang dilakukannya. Ia kembali tersenyum dan mengusap airmataku dengan ibu jarinya

"Kau mau kopi?"

Aku membalas senyumannya dan menggeleng pelan

"Aku tidak suka"

Ia tertawa sebentar, apakah ada yang lucu? Kenapa semua hal yang kukatakan membuatnya tersenyum dan tertawa

"Kalau begitu kau mau coklat panas?"

Aku mengangguk ragu, ia tersenyum kembali dan menarik tanganku pelan membuatku berdiri dan mengikutinya keluar dari studio ini.
.
.
.

"Apa kau benar-benar menangis karena terharu melihatku menari di depanmu?"

Aku terkejut, tersadar dari lamunanku yang terus menatap cangkir yang berada di genggamanku berisikan coklat hangat yang tinggal setengah. Ia terlihat begitu penasaran dan aku menganggukkan kepalaku, enggan menjawab dengan suara.

"Wah, apa kau salah satu fans yang suka mengerumuniku setiap hari di sekolah?"

Ia berusaha untuk menggodaku, aku tertawa lepas dan ia hanya menatapku. Entah apa maksud tatapannya tapi aku sedikit malu saat ia menatapku seperti itu, aku menggeleng tak kuat dan tetap melanjutkan tawaku. Ini sungguh menggelikan.

"Hei, apa aku salah?"

"Maaf tapi itu benar, ini pertama kalinya aku melihatmu menari"

Ia sedikit kecewa dengan jawabanku dan berdeham sedikit lalu menyeruput coklat hangatnya

"Tapi aku sering mendengar desas desusmu kalau kau pandai menari"

Terdengar menarik, ia menurunkan cangkirnya dan membenarkan posisi duduknya

"Benarkah? Wah aku tidak tahu jika aku juga menjadi bahan gosipan perempuan"

Ia menyeringai nakal, sedikit bangga dengan dirinya. Aku hanya menahan senyumku, ia benar- benar terlihat--

"Ini pesanan anda"

2 piring burger tersaji di meja kami, ia menatap burger itu senang dan segera mengambil alat makan untuk menelan habis-habis burgernya. Sepertinya ia sangat lapar.

"Maaf, aku belum makan dari siang"

Ia tersenyum malu lalu mempersilahkanku untuk makan juga. Aku hanya menatapnya, ini juga pertama kalinya aku melihatnya makan dengan lahapnya di depanku.

"Jadi ini pertama kalinya kau melihatku menari? Lalu bagaimana menurutmu?"

Lanjutnya sambil mengiris burgernya yang tinggal setengah

"Jauh dari bayanganku"

Ia tersedak dan meraih sebotol air mineral yang sudah di sediakan. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk teman yang sedang tersedak, tunggu apa ia bisa kusebut teman?

"Maksudmu?"

"Kupikir kau hanya bermain main dalam menari dan sekedar untuk bergaya, nyatanya? Aku sampai kau buat menangis terharu"

Ia tersenyum senang, aku tak tahu kenapa ia menampakkan ekspresi seperti itu di depanku

"Sudah kuduga, haha selera humormu bagus juga"

Ia tertawa ringan dan melanjutkan makannya.
Humor? Sepertinya ia benar-benar menganggapku lucu. Rencanaku untuk tak membuat suasana canggung sukses

"Apakah aku terlihat sedang melucu?"

Ia kembali diam, hanya menatap wajahku yang menampakkan ekspresi bertanya dan penasaran

"Kupikir kau bisa menjadi teman yang baik"

Teman? Sekedar teman? Oh sepertinya aku terlalu berharap lebih

"Kita bahkan baru bertemu"

"Bagiku kau menyenangkan, jadi bagaimana kau mau jadi teman baikku Yoonhee?"

Kali ini aku yang dibuat tersedak, bagaimana bisa ia tahu namaku? Aku kan tidak menggunakan blazerku.

Ia kembali menatapku dengan khawatir

"Apa ada yang salah?"

Aku menggeleng kuat dan meraih sebotol air mineral, meneguknya sampai setengah dan berusaha bernafas setenang mungkin

"Kalau begitu bolehkah ku pinjam ponselmu?"

Aku memiringkan kepalaku sedikit, bingung dengan perkataannya. Apa ia tak punya ponsel? Ingin menelpon seseorang? Yeojachingu? Orangtua?

"Berikan saja, bukankah kita teman baik? Aku takkan mencurinya"

Segera aku meraih ponselku dari saku. Ia menariknya dengan cepat dan menekan apa aku tak tahu lalu ia berfoto dengan ponselku. Ya Tuhan kenapa ia melakukan itu? Lalu terdengar dering ponsel lain yang ternyata ponselnya. Sepertinya ia menelpon ponselnya dengan ponselku agar tau nomorku.

"Itu nomorku, kuberi bonus fotoku hehe"

Mengembalikan ponselku dengan cengirannya yang membuatku melengos walau dalam hati senang, ternyata ia memberi nomor ponselnya

"Ya Park Yoonhee"

Panggilnya membuatku yang sedang memakan burger terkejut menatapnya, bagaimana bisa ia tahu nama lengkapku?

Jepret!

Terdengar suara camera dari ponselnya, ia tertawa keras melihat hasil potretannya yang memuaskan di matanya. Ekspresiku pasti sangat jelek

"Lucunya hahahaha"

Kali ini ia memberiku kesempatan untuk melihat hasil fotonya. Pipiku memanas, ini sungguh memalukan

"Hapus!!!"

Aku berusaha untuk merebutnya tapi ia malah menaikkan tangannya sehingga aku tak dapat meraihnya. Entah terlalu asyik atau menyebalkan kami bahkan tak menyadari jika kami menjadi tontonan para pengunjung restoran

"Hei hei dasar anak muda suka mengumbar kemesraan"

Aku terkejut mendengar kalimat itu dan duduk kembali dengan canggungnya. Memberi isyarat padanya agar kembali ke tempat duduknya dan meminta maaf. Namun ia tak mengerti dan malah semakin memancingku untuk mendapatkan ponselnya.

"Jeoseonghamnida"

Aku menunduk untuk meminta maaf, sepertinya ia mulai sadar dan kembali duduk dengan canggung lalu ikut meminta maaf

"Kenapa kau tidak memberitahuku?"

"Aku sudah memberitahumu"

"Aku tidak mengerti"

"Kau terlalu bodoh"

"MWO!!!"

"Sssstt, micheosseo?!"

Ia membungkam mulutnya dan melanjutkan makannya dengan tenang. Sepertinya ia masih tidak terima dengan olokanku. Tidak, aku tidak bermaksud untuk mengatakan itu. Perkataan bodoh dan gila reflek keluar dari mulutku. Dalam hati aku mengutuk mulutku yang lancang ini.

Setelah selesai makan kami berjalan keluar dengan canggung kembali, ia sibuk dengan ponselnya sedangkan aku sibuk menggigiti bibirku. Dalam hati masih mengutuk perkataan yang tak senonoh itu.

"Maaf aku tidak bermaksud mengatakan itu"

Ia terkekeh geli, mungkin melihat ekspresiku yang merasa bersalah ini

"Ini pertama kalinya aku mendapatkan pujian bodoh dan gila dari perempuan"

Ia menatapku dan tersenyum kembali, seolah hal itu sudah menjadi kebiasaannya

"Benarkah? Sungguh maafkan aku, aku tidak bermaksud seperti itu"

"Ya tidak apa-apa meskipun itu ada maksudnya"

Ia kembali menatap jalanan yang mulai sepi, daerah ini memang terkenal sepi jika sudah melewati jam belajar

"Maksudmu?"

"Tidak"

Aku semakin menyesali semua ini, sebaiknya aku tak muncul di hadapannya. Bagaimana bisa kau baru bertemu dengan seseorang lalu mengatainya bodoh dan gila? Walaupun baru saja ia memintamu menjadi temannya. Dan kudengar ia lebih tua satu tingkat denganku.

"Katakan apa yang harus kulakukan agar kau memaafkan ku?"

Langkahnya terhenti dan menatapku, tatapan yang sangat berarti bagi semua perempuan yang pernah di sisinya. Aku merasakan ada aura hangat dan begitu protektif disekitarku

"Hanya.."

Entah kenapa jantungku kembali berdetak tak karuan, kali ini sungguh berbeda dari yang biasanya

"Tetaplah disisiku"

Aku semakin tak mengerti dengan ucapannya

"Bukankah kita teman? Memang seharusnya begitu bukan?"

Bertanya seperti itu membuatnya menggeleng tak suka

"Jadilah pacarku"

Dan kurasakan nafasku tercekat sehingga tak bisa bernafas, dunia ini seperti berhenti berputar. Perasaanku tercampur aduk, aku bahkan tak bisa mencerna perkataannya. Ini pasti hanya sekedar candaan belaka

"Hahahahaha, tidak lucu!"

"Menurutmu begitu? Sayang sekali, sepertinya kau menganggap semua ini bercanda ya?"

Nadanya terdengar kecewa dan kembali berjalan, membuatku semakin bingung. Aku menarik nafas perlahan untuk mengendalikan pikiranku lalu menyusulnya.

"Ini sudah malam, rumahku juga sudah dekat dari sini. Aku pulang duluan"

Sepertinya aku harus menghindari situasi ini namun kembali kurasakan hangat di pergelangan tanganku. Ia menahanku untuk pergi dan menggeleng pelan.

"Bagaimana bisa rumahmu sudah dekat? Kau pindah rumah? Bahkan ini belum setengahnya"

Lagi lagi hatiku memanas, kenapa ia bisa tahu rumahku? Apa aku pernah mengatakannya? Sepertinya usahaku sia-sia

"Jangan menatapku seperti itu, ayo jalan ini sudah malam"

Kali ini ia menautkan jarinya ke sela sela jariku lalu memasukkannya ke dalam saku jaketnya. Seakan ia tahu jika sedari tadi aku kedinginan, ya aku hanya memakai baju bebas dan rok sekolah.

"Tentang itu, bagaimana kau bisa tahu rumahku dan juga namaku?"

Aku memberanikan diri untuk menanyakan semuanya

"Aku hebat bukan?"

Ia menepuk dadanya pelan membanggakan diri seperti ia sudah menyelamatkan beberapa orang yang terkena musibah

Aku hanya tersenyum sekilas merasakan hangatnya genggamannya, lalu kembali menatapnya mengisyaratkan untuk menjawab pertanyaanku

"Ah hujan!"

Mungkin dewi fortuna memang sedang berada di pihakku

Untung saja ada kedai 24 jam di dekat kami, ia menarik tanganku agar cepat-cepat masuk kesana

"Ahh aku tidak melihat ramalan cuaca hari ini"

Gerutuannya membuatku kembali tertawa lepas, lagi-lagi ia menatapku seperti itu tapi kali ini ia juga ikut tertawa kecil.

"Kau terdengar seperti ibuku"

Ia mencibir tak suka, dan memakan ddeokbokki yang baru saja di sajikan dengan malas

"Hei hei jangan makan seperti itu, kau semakin terlihat seperti ibuku yang sedang kesal"

Aku menahan tawaku, dan ia semakin tak suka dengan sikapku yang membandingkannya dengan ibuku. Namun diam-diam ia juga tersenyum.

"Sepertinya aku bisa menjadi ibu keduamu"

Ia hanya bergumam asal dan menyeruput tehnya

"Sepertinya begitu, ibu bisakah aku meminta ddeokbokki yang tidak pedas?"

Kali ini ia yang tertawa

"Bagaimana jika aku menjadi menantu ibumu saja?"

Malam itu adalah malam keajaiban yang pernah ku alami dan merupakan awal dari cerita cinta di kehidupanku bersama Kim Jongin


End


cr pict : tumblr love

Two Person



Author         : @dea_nebraska

Main cast     : Oh Sehun and Kim Jongin (EXO-K)

Genre          : School Life, romance drama

Rate            : Teenager

Length         : One Shot


Terispirasi dari School 2013, murni ide sendiri hargai and happy reading ^^



Sehun

Oh Sehun

Sahabat Kai yang sangat ia sayangi

Jongin

Kim Jongin

Atau sering dipanggil Kai

Sahabat Sehun yang selalu disisinya

Kai dan Sehun

Seperti bayangan yang selalu ada di saat cahaya menyinari mereka

Dimana ada Sehun pasti ada Kai

Namun persahabatan hancur begitu saja

Kecanggungan menyelimuti mereka

Bahkan bercakap pun tak pernah

Oh Sehun dan Kim Kai

Bagai air dan minyak yang tak pernah bisa bersatu

.
.
.


Kim Kai si ketua gank yang tak kenal ampun, sisi baiknya sudah dibutakan dengan egonya. Seulas senyum  tak pernah ia tunjukkan lagi ke siapapun, anak buahnya? Kai selalu melampiaskan kemarahannya pada mereka, entah berapa pukulan sampai ia puas dan kelelahan.

Amarah yang sedari dulu belum meredam, benci yang semakin bertambah besar dan rasa dendam yang tak ada hentinya. Kenapa orang yang ia sayangi tega menghancurkan masa depannya?
Para guru pun sudah angkat tangan menanganinya, bukannya takut hanya saja terlalu sibuk untuk mengurusi ulah Kim Kai yang urakan itu. Mereka lebih tertarik dengan Oh Sehun, si ketua OSIS yang dingin namun cakap dalam berorganisasi. Karenanya, sekolah menjadi terurus dan semua organisasi berjalan lancar. Tak heran, Oh Sehun selalu di elu-elu kan dan menjadi siswa percontohan. Siapa sangka yang menghancurkan masa depan Kim Kai adalah Oh Sehun?

Mulanya Oh Sehun juga tidak menyangka akan satu sekolah oleh Kai lagi, ia sangat terkejut bahkan saat melihat Kai ia berusaha untuk menjaga jarak demi kebaikan Kai. Ia sungguh menyesal, demi apapun jika diberi kesempatan Sehun lebih memilih untuk hidup sengsara dan membiarkan Kai hidup dengan bebas.

Setiap ia berpapasan dengan Kai, Sehun berusaha untuk berjalan sewajar mungkin dan sedikit menundukkan kepalanya. bukannya takut seperti anak-anak lainnya yang sering menjadi korban kejahilan Kai. Ia hanya tak mau mata indah Kai melihat wajah brengsek yang sudah menghancurkan hidupnya.

Sedangkan Kai? Ia hanya diam saja, pernah sekali Kai jengah dengan sikap Sehun. Tapi saat ingin menegurnya, ia takut akan menjadi sumber masalah di sekolah ini. Ingat, Oh Sehun adalah anak emas dan Kai ingin lulus dari sekolah ini dengan damai.

"Pergilah jangan mengikutiku lagi"

Kai menghisap puntung rokoknya yang tinggal setengah lalu menghembuskan asap yang merupakan candu baginya
Ketiga anak buahnya saling tatap, Kim Kai mendesis sebentar lalu pergi begitu aja.
Kim Kai membubarkan ganknya..

Oh Sehun mendengar desas desus itu, diam-diam ia tersenyum

"Ternyata kau belum berubah"

Oh Sehun segera ke kantin untuk membelikan sesuatu

Disamping itu, Kim Kai mengikuti pelajaran dengan cermat. Entah mendapat keajaiban dari mana ia mulai menyadari, hidupnya harus di perbaiki. Si brengsek Oh Sehun bahkan bisa menikmati kehidupannya, seharusnya ia mendapat makian bukan pujian.

Oh Sehun tidak tahu seberapa bencinya Kim Kai kepadanya.


Seiring berjalannya waktu, Kim Kai membuat penasaran Oh Sehun. Bahkan ia terus berpikir bagaimana caranya agar bisa mendekati Kim Kai. Sehun sudah tahu kedatangannya ke kelas Kim Kai adalah kesalahan yang sangat fatal, namun bukan Oh Sehun namanya jika tidak berbuat nekat. Sudah ditatap Kai begitu, Oh Sehun malah memberikan senyum mautnya yang tak pernah dilihat oleh semua orang. Kim Kai mendecih. 

"Kalau ingin mencari sensasi jangan disini, kau ingin mengundang gosip?"

Satu kalimat membuat Oh Sehun menelan ludahnya susah.
Dan seringaian Kai membuat Sehun semakin yakin bahwa Kim Jongin takkan pernah bisa memberikan maaf untuknya.


Setelah mendapat decihan dan makian dari Kim Kai, Oh Sehun tetap gencar mencoba untuk mendekati Kai. Memanggil nama aslinya seenak hatinya membuat Kai menarik kerahnya lalu mendorongnya keras ke dinding membuat suasana koridor yang sepi menjadi ramai. Mereka menjadi tontonan para siswa yang mulai penasaran dengan apa yang terjadi antara si Ketua OSIS dan mantan Ketua Gank

Harapan Sehun terlalu jauh dan tidak mungkin, perlakuannya ke Kai membuat gosip beredar ke seluruh siswa, bahkan banyak video yang menampilkan perlakuan Kai yang diluar batas tersebut. Kai semakin terpojok, setiap ia melakukan sesuatu banyak kalimat yang mencacinya.
Tidak ada lagi yang takut dengan Kai.
Sungguh Oh Sehun tidak bermaksud seperti itu.
Namun, Kim Kai mungkin akan berencana untuk membunuhnya.

Niat Kai untuk lulus dengan cara damai hilang sudah, Sehun selalu mengusik hidupnya. Kai tidak mengharapkan permintaan maaf Oh Sehun, bisa melupakan kejadian itu saja Kai sudah sangat bersyukur.
Selalu diusik, Kim Kai mulai murka dan jengah. Akhirnya ia mendengarkan keluhan Oh Sehun yang tidak lain adalah mengungkit masa lalu mereka.

Sehun terlalu banyak berbicara, Kai tidak sepenuhnya mendengarkan penjelasan Sehun. Ia menguap dan melirik jam tangannya

"Sudah selesai tuan puteri?"

Oh Sehun kembali dibuatnya terdiam.


Merasa penasaran, teman mereka mencoba untuk menggali informasi. Bukannya mendapat informasi yang sebenarnya, Kim Kai kembali di pandang sebelah mata. Berita masa lalunya terungkit dan membuat Oh Sehun semakin merasa bersalah. Ia meneriaki semua siswa yang mencaci maki Kim Kai. Dengan tatapan tegasnya, teriakan itu lumayan ampuh untuk mengatasi desas desus Kim Jongin.

"Kau tahu kan aku takkan pernah berterimakasih?"

Oh Sehun hanya tersenyum. "Maaf"

Kini Kim Jongin yang dibuatnya terdiam dan berlalu begitu saja

Ujian kenaikan kelas sebentar lagi, kegiatan belajar malam di sekolah mulai dilaksanakan. Kim Kai yang dari awal sudah mengantuk karena begadang untuk kerja paruh waktu hanya tertidur di bangku paling akhir.
Lagi, Oh Sehun dibuatnya semakin merasa bersalah.

Seharusnya tidak begini bukan?

Kali ini kelas akan diurutkan sesuai dengan hasil ujian. Oh Sehun yang sudah di cap sebagai ketua OSIS harusnya memiliki otak yang cemerlang juga kan? Namun Oh Sehun sengaja menjatuhkan nilainya.
Sesuai dengan perhitungannya, akhirnya ia bisa belajar dengan Kim Kai dalam satu ruangan.

Kim Kai tak terlalu memikirkan itu, ia mulai menulikan telinganya untuk antisipasi. Bahkan ia sering menggantungkan headphonenya di leher. Betapa seringnya ia mendapat perkataan kasar.

"Maafkan aku, karenaku semua jadi begini"

"Kau merasa bersalah?"

"..."

Kai memakai headphonenya kembali, ia tak pernah memperdulikan kalimat yang keluar dari bibir tipis Oh Sehun.


Pesta kelulusan datang, mereka-adik kelas- juga ikut memeriahkan acara.
Kim Kai yang sejak awal malas untuk ikut dipaksa oleh Oh Sehun. Ia bahkan selalu mengirimi pesan, entah darimana si musang kecil itu mendapatkan nomor Kai. Yang pasti Kai menyimpan nomornya dengan nama -si brengsek-

Mengikuti pesta kelulusan agak membosankan, Kim Kai hanya duduk di kursinya saja melihat orang-orang yang mulai berdansa atau menari dengan luesnya. Ngomong-ngomong menari, Kai hanya bisa menundukkan kepalanya.
Tiba-tiba sang MC mempersilahkan Oh Sehun untuk segera menaiki panggung, untuk memberi sambutan dan ucapan perpisahan. Lalu sedikit penampilan darinya.

Teriakan dari para siswa pun membuat Kai pusing, entah apa itu King of Dance atau pujian yang sangat tidak menarik didengar membuat Jongin mual dan memilih untuk meninggalkan ruangan. Sehun yang sedang asik menari di panggung berhenti seketika dan mulai mengejar Jongin.

"Sungguh maafkan aku Kim Jongin", pinta Sehun sembari mengeratkan genggamannya di lengan Kai.
Dengan kasar Kai menepis genggaman itu

"Jadi tujuanmu mengajakku datang ke sini ingin menunjukkan tarian murahanmu itu?"

"..."

"Enyahlah dari hadapanku"

"Tidak! Sungguh aku tidak bermaksud seperti itu"

"Aku tidak peduli!"

Kaki jenjang Kai tanpa ragu melangkah pergi, namun sesuatu menahannya. Oh Sehun tengah bersujud
Kai terkejut. "Bajingan kau ini siapa bersujud di depanku seperti ini!!!"

Bentakan itu membuat Oh Sehun menangis, sungguh ia tak bermaksud seperti itu. Ia hanya ingin menunjukkan bahwa sekarang ia menjadi dancer yang mandiri tidak seperti dulu lagi. Ia sangat menyesal. Setiap detik ia merutuki perbuatannya yang bodoh itu. Sehun menangis di kaki Kai.

"Bodoh! Jangan menangis seperti itu!"

Siapa sangka Kai mengatakan itu dengan linangan air mata?



"Aku tidak tahu jika akibatnya akan separah itu", Sehun mengusap airmatanya dengan sapu tangan yang diberikan Kai.

"Jangan diungkit"

"Tidak, kita perjelas ini sampai selesai. Kau tidak tahu betapa sengsaranya aku menjalani hidup dibayangi dosa"

"Kau tidak tahu aku hidup dan tumbuh bersama cacian yang seharusnya tidak ku dapatkan? Bahkan--"

"Jongin", sehun memberanikan untuk memotong perkataan Jongin yang menyakiti hatinya.

"..."


"Aku tahu itu, aku tahu betapa beratnya--"

"Kau tidak pernah tau Oh Sehun!!"

"..."

Hening, Kim Jongin lebih memilih meninggalkan Sehun di gang kecil itu


Meninggalkan Oh Sehun di gang kecil merupakan kesalahan besar.
Oh Sehun tetap manusia, pintar dalam bidang pelajaran namun gagal dalam bela diri. Ia tak bisa berkelahi. Merasakan firasat buruk, Kai mencoba untuk kembali ke gang itu lalu memergoki Oh Sehun yang sekarat
Kim Jongin dengan beringasnya menghabisi sekawanan preman yang sedang melucuti pakaian Sehun.



"Apakah mereka bertengkar?"

"Lihatlah muka Oh Sehun"

"Aku berani bertaruh, si urakan itu hampir membunuh Sehun"

Lagi-lagi Sehun diselimuti rasa bersalah.
Hampir saja masalahnya selesai lalu muncul lagi masalah yang membuat telinganya pengang. Kim Kai menyodorkan headsetnya lalu berlalu begitu saja.
Seharusnya Sehun yang menguatkan Jongin, bukan sebaliknya.

"Tunggu!"

Langkah jongin terhenti, Sehun hendak berkata namun Kim Jongin segera memotongnya. 

"Menyedihkan, mereka tidak tahu ya jagoannya sangat bodoh dalam berkelahi? Mereka juga tidak tahu jika kau hampir di cabuli"

Sehun dibuat beku di tempat.


Kim Kai menghembuskan asapnya ke langit-langit gudang. Ia membolos, ia sudah lupa dengan prinsipnya untuk memperbaiki diri.
Oh Sehun yang entah muncul darimana tiba-tiba merebut kotak rokok Jongin dan mengambilnya satu.

"Kau punya korek?"

Jongin dibuat terkekeh meremehkan

"Bodoh, seharian disisiku membuat otakmu menjadi bodoh ya? Ah pantas saja waktu itu--"

"Kau masih belum memaafkanku?"

"Menurutmu?

"..."

"Kembalikan! Merokok tidak baik untukmu"

Sehun dibuat bingung. "Bodoh, lalu bagaimana denganmu!"

Teriakan Oh Sehun lenyap dibawa udara. Kim Jongin kembali tak menghiraukannya.


Kehilangan tempat istimewa, akhirnya Jongin memilih untuk memanjat dinding belakang yang lumayan pendek.
Membolos untuk makan ddeokbokki sebentar sepertinya tidak masalah.
Sedang berjalan, Kim Jongin bertemu dengan penjaga sekolah yang sedang berpatroli.
Jongin merutuki nasibnya, ia berlari sekencang mungkin.
Hah melelahkan, ia sangat buruk dalam melarikan diri. Namun tiba-tiba tangannya ditarik ke gang kecil.

Oh Sehun menyelamatkannya dari penjaga sekolah.


"Rasanya sudah berapa tahun tidak makan ddeokbokki bersama?"

Basa basi Oh Sehun membuat selera makan Jongin hilang. Jongin memilih membuka botol air mineralnya. Namun apa ini?

"Kemarikan", tangan Sehun menyambar botol yang ada di tangan kanan Jongin.

Membukanya cepat dan menyodorkannya kembali.
Jongin mencibir kesal, dan meninggalkan Sehun begitu saja.

"Sampai kapan kau akan terus melarikan diri seperti ini?"

Perkataan Oh Sehun merupakan senjata makantuan yang telak.

"Haha tidak ada kaca dirumahmu?", sindir Jongin.

Oh Sehun terdiam dan lebih memilih memakan ddeokbokkinya yang mulai mendingin.



Bayangan masalalu itu terus berputar di kepala Jongin bagaikan film tua, Jongin rasanya ingin mati saja. kenapa hal yang seperti itu tidak bisa hilang dari ingatannya? Jongin merutuki nasibnya, dengan pelan ia membenturkan kepalanya ke dinding kelas. Sembari menghafal puisi sastra yang akan diuji nanti. Membenturkan kepalanya membuat kepala Jongin tidak sakit.

Tunggu?

Tidak sakit?

Jongin membuka matanya pelan

Oh Sehun berdiri di sampingnya, dengan seenaknya menyodorkan telapak tangannya ke dinding agar kepala Jongin tidak membentur langsung ke dinding.

Pantas saja tidak sakit.

Jongin memberengut kesal.

"Minggir!"

Sehun sudah terbiasa dengan bentakan itu


Bermain sepak bola, Kim Jongin mendapat tackle-an secara sengaja. Ia terus mengaduh kesakitan, niatnya bermain ternyata malah ada yang dendam padanya. Untungnya kaki Jongin hanya lebam. Itupun butuh waktu seminggu baru sembuh total.
Pasti ini gara-gara Sehun lagi, tak enak hati Sehun pergi untuk melabrak anak yang melakukan hal keji kepada Jongin

"Jangan pernah mencampuri urusanku brengsek!"

Dan Sehun memilih untuk menghabiskan waktunya di ruang kesehatan.
Kim Jongin tengah tidur pulas, matanya ia timpa dengan lengan kirinya. Sepertinya ia memanfaatkan kesempatan ini

"Pergilah"

Ups, Oh Sehun salah. Kim Jongin tidak tidur ia hanya memejamkan matanya.
Bukannya untuk bergegas pergi, Sehun malah menarik bangku untuk duduk di sebelah tempat tidur Jongin
Jongin berdecak kesal.

"Kau ingin membuat masalah lagi hah! Jangan-jangan setelah ini, ada yang diam diam merencanakan untuk membunuhku"

Sindiran Jongin membuat airmata Oh Sehun keluar begitu saja.
Oh Sehun tidak cengeng, ia sangat merasa bersalah dengan sosok di depannya ini. Perlahan ia meraih jemari Jongin dan menggenggamnya hangat lalu terus menggumamkan permintaan maafnya. Bahkan seribu maafpun tak ada yang diterima Jongin.

.
.
.

Oh Sehun dan Kim Jongin

Mengikuti kompetisi menari tingkat nasional
Mereka selalu berlatih bersama, Jongin selalu mengajari ekspresi yang digunakan untuk menyelaraskan dengan gerakan
sebegitu baiknya Jongin namun malah dibalas kebusukan oleh Sehun.

Sehun sedang kalut untuk konsep tariannya. Tak sengaja pikiran buruk melintas di otaknya, ia mengambil seluruh gerakan Jongin. Bahkan ia memodifikasinya dengan apik dan berani. Diam-diam semuanya ia jalani di belakang Jongin.
Sampai hari itu datang, Oh Sehun dengan cepat melangkah untuk daftar ulang sehingga ia mendapat nomor di depan Jongin. Jongin hanya tersenyum tak tahu rencana Sehun.
Penampilan Sehun membuat Jongin hanpir pingsan. Koreo nya telah dicuri, Sehun bahkan tak menoleh ke arah Jongin.
Untuk mengundurkan diri sangat tidak mungkin, para penari profesional hadir untuk melihat bakat kontestan.

Pikiran Jongin Kalut, bahkan ia tak mendengar jika sekarang gilirannya menari. Jongin tetap pada rencana, menari dengan semampunya, Jongin mendapat sorakan buruk bahkan ada yang melemparnya dengan sesuatu yang berbau busuk entah dari mana.
Para penari profesional tak sedikitpun menoleh padanya.
Kim Jongin di cap sebagai penari plagiat.
Hobinya sejak kecil terbuang sia-sia karena sahabatnya yang dibutakan oleh kemenangan


Perlahan air mata merembes di bantal Jongin, kini dua duanya menangis hanyut dalam kenangan itu.
Sehun mengakui kesalahannya, ia khilaf seharusnya ia tak melakukan itu.
Sekarang bagaimana caranya membersihkan nama baik Jongin?
Kai sangat rindu menari, menari adalah separuh jiwanya yang telah menghilang.
Tanpa menari, hidup Jongin selalu uring-uringan.
Sehun berjanji untuk melakukan apapun demi Jongin.

"Lupakan saja"

Sehun menggeleng cepat. "Bagaimana bisa aku melupakan dosaku!"


Oh Sehun mencoba untuk menebus dosanya..



lulus dari sekolah, Jongin memilih untuk langsung bekerja. Tidak seperti sehun yang kuliah karena mendapat beasiswa.
Masalah mereka, Sehun masih memikirkan bagaimana caranya.
Sehun bingung, ia mencoba membuat video mengungkapkan semua kesalahannya dan menguploadnya.
Video pengakuan yang menarik, Sehun berhasil membuat nama baik Jongin kembali.
Jongin yang memang tidak tahu sedikit terkejut saat Sehun menemuinya di tempat kerjanya

"Kau bisa berkuliah denganku", Oh Sehun menepuk pundaknya

"Berkuliah pantatku, tidak terimakasih!", Jongin kembali membersihkan cafe yang sebentar lagi akan tutup.

"Sungguh, datanglah besok ke universitasku. Masuk di gedung seni maka kau akan di sambut oleh komunitas menari", Jongin menatap intens Sehun.

Esoknya Jongin mencoba untuk datang
Perkataan Oh Sehun tidak main-main, ia disambut hangat. Bahkan ada 2 pelatih profesional yang Jongin kenal. Ia sangat tak sabar untuk bersekolah disini.
Namun ada yang kurang, Jongin menanyakan dimana Sehun.

Oh Sehun

Dikeluarkan


Demi Jongin, Sehun rela. Ia rela keluar dari univertas barunya
Jongin menarik kerah Sehun seperti 2 tahun yang lalu namun kali ini di koridor universitas.

"Apa maksudmu!"

"Kubilang akan kutebus dosaku"

"Bodoh! Bukan seperti itu caranya!"

Terdiam, Sehun lebih memilih menunduk kebawah.

"Akan kupikirkan bagaimana kita akan sekolah disini bersama"

Tidak salah dengar? Sehun bingung, namun ia sadar,

Kim Jongin sudah kembali..

Terimakasih Tuhan



Menari di ruangan yang sama membuat Sehun tersenyum kembali, Kim Jongin berhasil merayu pelatih itu. Membawa sehun battle dance dengannya, kemampuan Oh Sehun memang sudah meningkat, mereka bisa bersanding bersama. Kim Jongin dan Oh Sehun dijadikan maskot untuk mengikuti perlombaan

"Bukan begitu caranya"

"Lalu bagaimana?"

"Belajar sendiri, aku trauma denganmu!"

Oh Sehun terdiam, sedikit memajukan bibirnya seperti anak kecil ia merengek.

"Tsk! Aku hanya bercanda. Jadi begini"

Dan senyum di bibir tipis oh sehun kembali mengembang


End

cr pict : hunkai sekai fanfiction